Surga dan neraka adalah kekal, tidak fana dan tidak akan binasa. Pernyataan ini telah ditetapkan oleh banyak ulama dalam kitab-kitab aqidah mereka. Keyakinan Ahlus Sunnah ini bertentangan dengan sebagian kelompok yang meyakini hal sebaliknya, bahwa surga dan neraka justru tidaklah kekal. Padahal, keyakinan akan kekalnya surga dan neraka ini dibangun berdasarkan sekian dalil dari Al Quran dan As Sunnah Ash Shahihah, berikut ini.
Kekalnya Surga dan Neraka dalam Al Quranul Karim
“Masukilah syurga itu dengan aman, itulah hari kekekalan” (QS. Qaaf : 34)
“Surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya” (QS. Ar Ra’d : 23)
“Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya” (QS. Al Bayyinah : 8). Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’diy rahimahullah menafsirkan “Jannatu ‘Adn” dalam ayat tersebut dengan “Surga yang kekal, tidak ada kepergian maupun kepindahan darinya, dan tidak ada tujuan yang lebih tinggi darinya”[1]
Ketika menafsirkan kata ‘Adn dalam firman Allah :
“(yaitu) syurga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa” (QS. An Nahl : 31)
Syaikh Muhammad Amin Asy Syinqithi rahimahullah menjelaskan, “Adn dalam bahasa Arab berarti : kekal, maka Surga ‘Adn berarti : surga yang kekal kenikmatannya, penghuninya tidak akan pergi atau berpindah darinya.”[2]
“Sesungguhnya ini adalah benar-benar rezki dari Kami yang tiada habis-habisnya”(QS. Shaad : 54). Yang dimaksud dalam ayat ini ialah kenikmatan surga. Syaikh As Sa’diy menafsirkan ayat ini dengan “Tiada terputus, bahkan akan senantiasa kekal dan tetap sepanjang waktu”[3]
Adapun orang-orang yang berbahagia, Maka tempatnya di dalam syurga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.(QS. Huud : 108)
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman” (QS. Ad Dukhaan : 51). Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan, “Yaitu surga di akhirat, mereka aman di dalamnya dari kematian dan keluarnya (dari surga), dan dari setiap kesedihan dan keresahan, keletihan dan kesakitan, dan dari syaithan dan tipu dayanya, dan musibah-musibah yang lain”[4]. Hal ini mengisyaratkan akan kekalnya surga.
“Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya” (QS. Al Hijr : 48). Yaitu abadi, sebagaimana dijelaskan dalam Tafsir Jalalain.[5]
Kekalnya Surga dan Neraka dalam As Sunnah Ash Shahihah
Dari Abu Said Al Khudri radhiyallahu anhu beliau berkata, “Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda, “Didatangkan maut dalam bentuk domba jantan berwarna belang (hitam putih) di antara surga dan neraka, maka terdengarlah seruan : ‘Wahai penghuni surga! Apakah kalian mengenali ini?’. Merekapun menengok dan melihat. Mereka pun menjawab, ‘Ya, itu adalah kematian’ dan setiap orang telah melihatnya, maka disembelihlah kambing tersebut kemudian dikatakan, ‘Wahai penduduk surga kekal dan tiada kematian, dan wahai penduduk neraka kekal dan tiada kematian’” Kemudian Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam membacakan ayat,
Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman”.[6]
Sambil tangan beliau menunjuk ke arah dunia”[7]
Dan juga hadits yang dikeluarkan Imam Muslim dari Abu Sa’id Al Khudry dan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhuma dari Nabi shallallaahu alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Diserukan (kepada penghuni surga) : Sesungguhnya bagi kalian kesehatan dan tidak ada penyakit selamanya, dan sesungguhnya bagi kalian kehidupan dan tidak ada kematian selamanya, dan sesungguhnya bagi kalian masa muda dan tidak ada masa tua selamanya, dan sesungguhnya bagi kalian kenikmatan dan tiada kesengsaraan selamanya, itulah firman Allah ‘Azza wa Jalla
“ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan.”[8][9]
Kekalnya Surga dan Neraka dalam Kitab-Kitab Para Ulama
Al Imam Abdul Ghani Al Maqdisiy rahimahullah menjelaskan dalam Lum’atul I’tiqad :
والجنة والنار مخلوقتان لا تفنيان
“Surga dan neraka adalah makhluq Allah, keduanya tidak fana”
Al Imam Abu Ja’far Ath Thahawi rahimahullah menuliskan dalam kitab aqidah beliau :
والجنة والنار مخلوقتان لا تفنيان أبدا ولا تبيدان
“Surga dan neraka adalah makhluq Allah, keduanya tidak fana dan tidak bersifat sementara”
Al Imam Abu Utsman ‘Ismail Ali bin Abdurrahman Ash Shabuni rahimahullahmenyebutkan dalam kitab beliau “Aqidah As Salaf wa Ashabil Hadits” :
ويشهد اهل اسنة ان الجنت وانار مخلوقتان وانهما باقيتان لا يفنيان ابدا
“Ahlus Sunnah bersaksi bahwa surga dan neraka adalah makhluq, dan keduanya kekal, tidak bersifat fana selamanya.”[10]
Ibnu Hazm rahimahullah menukil adanya ijma’ (kesepakatan) ulama atas kekalnya surga dan neraka dalam kitab beliau “Al Milal wa An Nihal”. Beliau berkata, “Sekelompok umat telah bersepakat seluruhnya bahwa surga beserta kenikmatannya tidaklah fana, begitu pula dengan neraka beserta siksanya, kecuali Jahm bin Shafwan”
Dalam kitab “Maratibul Ijma’” disebutkan, “Sesungguhnya neraka adalah haq, dan tempat siksaan yang tidak fana (kekal), dan penghuninya kekal dengan tiada akhirnya”[11]
Al Imam Abu Hatim dan Abu Dzur’ah rahimahumallah menyebutkan, “Kami mengambil pendapat ulama di berbagai perbatasan, yaitu Hijaz, Iraq, Syam, dan Yaman, diantara madzhab mereka yaitu surga dan neraka adalah haq, dan keduanya adalah makhluq, tidak fana, kekal selamanya.[12]
Ijma’ tentang kekalnya surga dan neraka adalah tetap dan benar adanya. Di antara hal-hal yang menunjukkan hal ini yaitu :
Pertama, Adanya nash-nash yang sangat banyak dan dinukil oleh salaful ummah dan para imam. Itulah ijma’ yang benar dalam perkara agama, yaitu neraka tidaklah bersifat fana dan orang kafir kekal berada di dalamnya. Dan pendapat yang menyelisihi ijma’ (yaitu fananya neraka) baru-baru ini saja tersebar, di berbagai waktu dan negeri, dan tidak ada imam yang menukil pendapat yang menyelisihi ijma’ ini. Maka barangsiapa yang menyelisihi ijma’ ini ia telah menyelisihi para shahabat (!)
Kedua, ulama yang menyebutkan sebagian pendapat tentang fananya neraka, secara bersamaan juga menukil ijma’ tentang kekalnya penghuni neraka selamanya. Ibnul Qoyyim rahimahullah[13] berkata, “Yang berdasarkan dalil dari Al Kitab dan As Sunnah dan para salaf telah ijma’ atasnya, ialah surga dan neraka keduanya adalah makhluq, dan bahwasanya penghuni neraka tidaklah keluar darinya dan tidaklah adzabnya diperingan, mereka kekal di dalamnya.”
Beliau rahimahullah kembali melanjutkan, “Yang berdasarkan dalil dari Al Qur’an ialah bahwasanya orang-orang kafir mereka kekal di dalam neraka selamanya, mereka tidaklah dapat keluar darinya. Itulah yang disepakati, dan tidak terdapat perselisihan di antara shahabat, tabi’in dan para imam.”
Ketiga, mengenai atsar yang menyebutkan fananya neraka, Al Allamah Muhammad bin Isma’il Al Amir Ash Shan’ani rahimahullah menjelaskan dalam kitab beliau “Raf’ul Istar li Ibthal Adallatu Al Qa’ilin bi Fana An Naar”, yang ditahqiq oleh Al Allamah Al Albani rahimahullah, bahwa atsar tersebut tidaklah shahih, adakalanya tidak shahih atau tidak sharih. Maka bagaimana bisa hal ini digunakan untuk menyelisihi nukilan ijma’ dari salaful ummah dan para imam(!)[14]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar